... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Wednesday, July 18, 2007

Kaligrafi kebahagiaan

Dahulu kala di sebuah desa di daratan Tiongkok, seorang laki-laki kaya meminta seorang guru Zen untuk menulis sesuatu yang dapat mendorong kesejahteraan keluarganya hingga bertahun-tahun kemudian. Sesuatu yang bisa dinikmati oleh keluarga itu dari generasi ke generasi.

Di atas selembar kertas besar, sang guru menulis, "Ayah mati, anak mati, cucu mati."

Orang kaya tersebut marah melihat karya kaligrafi sang guru.
"Aku suruh kamu menulis sesuatu yang dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan kepada keluargaku. Kenapa kamu menulis hal yang menyedihkan seperti ini?"

"Jika anakmu meninggal sebelum kamu,"jawab sang guru, "ini akan menyebabkan kesedihan yang tak terperikan di keluargamu. Jika cucumu meninggal sebelum anakmu, ini juga akan menimbulkan kesedihan yang mendalam. Jika keluargamu, dari generasi ke generasi, berpulang dengan urutan seperti yang kuterangkan, inilah rangkaian hidup yang alami. Inilah kebahagiaan dan kesejahteraan yang sesungguhnya".


saduran dari www.rider.edu/~suler/zenstory

6 comments:

Vie said...

Benar juga ya. Makanya sering aku denger orang tua yg ditinggal pergi anaknya utk selama2nya, mereka bilang "tidak seharusnya orang tua mengubur anaknya, tapi sebaliknyalah!".

Iya ya, dah lama juga aku gak berkunjung kesini.

Manda La Mendol said...

Tetep aja Mas kalau ditinggal siapapun pasti sedih dan kehilangan.

Muhammad Mufti said...

Idealnya begitu, menurut pandangan manusia. Yang tua yang duluan pergi.

Anonymous said...

intinya, keselarasan?

sayurs said...

ya kira2 begitulah..

Sinopi said...

ngantri yah, jd kl yg lahir duluan ya brangkat duluan... mau nya sih gitu, tp ternyata ngga, ga bisa diprediksi siapa yg cabut duluan