... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Friday, September 28, 2007

anak-anak terlantar

Utusan dari sebuah badan dunia datang untuk meninjau keadaan anak-anak miskin di negri ini. Setelah melihat kondisi yg memprihatinkan dan jumlahnya yang banyak, utusan itu mengusap dada dan bertanya kepada presiden,

"Bagaimana tanggung jawab pemerintah saat ini, bagaimana mungkin begitu banyak anak-anak yang miskin dan terlantar di negeri yang besar ini, bagaimana pemerintah merealisasikan undang-undang terutama pasal mengenai mereka?"

Dengan tenang presiden menjawab,

"UUD mengatakan anak-anak miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, Jadi tidak ada kata tanggung jawabnya, maka mereka semua saya yang pelihara, jadi jangan kaget kalau nanti tambah banyak, karena memang ada yg memelihara"

Thursday, September 27, 2007

(tentang) P U A S A (lagi)

Kalau kita mau jujur, korupsi yang menggurita, penegakan hukum yang lemah, dan berbagai degradasi sikap mental dalam tubuh bangsa ini analog dengan rubuhnya moralitas bangsa. Klaim sebagai bangsa religius tampaknya hanya merupakan lips service saja. Memang praktik-praktik ritual keagamaan secara kasat mata sehari-hari dapat dilihat oleh siapa saja dan di mana saja. Apalagi di bulan Ramadan, fenomena keagamaan tersebut semakin kentara, sehingga bukan saja masjid dan musala yang ramai oleh jamaah, tetapi juga semua stasiun televisi ramai-ramai membuat program Ramadan. Para artis tiba-tiba memakai jilbab atau busana muslim, dan mereka menjadi terlihat alim.

Namun, berbagai ritual keagamaan dan aktivitas ibadah tersebut tidak secara serta merta membuat bangsa ini menjadi lebih bermoral dan beradab. Tentu saja hal ini bukan untuk menggeneralisir keadaan. Semangat menjalankan aktivitas keagamaan tidak secara signifikan memberikan kontribusi bagi menurunnya tingkat korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, baik dalam aspek politik, ekonomi, hukum, maupun sosio-kultural.

Berkenaan dengan puasa, Nabi Muhammad SAW pernah memberikan peringatan, bahwa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Paling tidak ada dua proposisi yang berkenaan dengan pernyataan Nabi tersebut. Pertama, manusia dituntut untuk menggali makna perenial dari puasa, sehingga hasilnya tidak hanya lapar dan dahaga, akan tetapi benar-benar menjadikan manusia lebih berkualitas. Dalam hal ini Imam Al-Ghazali membagi tingkat puasa menjadi tiga: puasa 'am, yaitu puasa yang hanya sebatas tidak minum, tidak makan dan tidak berhubungan badan; puasa khas, yaitu selain menahan ketiga perbuatan tadi ditambah dengan menahan diri dari penglihatan, pendengaran, dan perkataan yang buruk; dan yang tertinggi adalah puasa khawasul khawas, yakni selain melakukan semua hal dalam puasa am dan khas tadi, juga harus mengelola emosi dan sikap mental dari segala hal yang destruktif, seperti korupsi, iri hati, konsumtif, anarkis, dan sikap-sikap patologis lainnya.

Puasa, dengan demikian, merupakan alat uji bagi manusia untuk mengaktualisasikan kemanusiaannya. Manusia diberi intelektualitas dan kebebasan untuk memilih: apakah dia akan berbuat kemaslahatan ataukah dia akan memakan "buah terlarang". Puasalah yang kemudian akan mengarahkan manusia untuk melakukan perbuatan yang konstruktif dalam membangun peradaban. Puasa juga yang akan menjauhkan manusia dari "buah-buah terlarang" yang destruktif dan menghancurkan kemanusiaan.

Sebelum orang lain dan bangsa besar ini, semoga (minimal) diri kita sendiri dapat merasakan hikmah dari puasa kita, Amin

Sunday, September 16, 2007

pe-er (apa pula ini...)

Maunya prei malah dapet pe-er dari bunda Nophee ... waduh apa pula ini :( mengenai kebiasaan lagi.. Ya wis coba tak bikin, dikit wae tapi ya bunda, mohon dimaapken klo terlalu singkat..
Inilah beberapa kebiasaanku :

  1. Baca-baca, bacaan apa aja pa lagi kalo lagi mood bisa langsung tuntas satu judul / buku
  2. Makanan, aku paling suka makanan berbahan dasar mie, esp. mie ayam he..he..
  3. Menyepi, aku paling ga suka keramaian, klo yang laen suka nongkrong di mall or etc, aku lebih suka nongkrong di pinggir rel KA malem2. Sepi = damai (menurutku..)
  4. Film, paling suka film kolosal mandarin / asia, untuk film barat ya koboi lah..
  5. Jalan-jalan, bukan ke tempat yang rame, lebih suka ke gunung -ngadem- or sekedar kemping di pintu rimba ato tempat lain di alam bebas
  6. Bola, satu-satunya keramaian yang kusuka adalah gemuruh di dalam stadion pa lagi teamnya menang (jelazz)
  7. Susah tidur, bukannya ikut2an bunda Nophee lho, pengen banget ngrasain tidur dibawah jam 12 malem, susahhh.. secapek apapun :( duh.. >>Tapi bisa juga disambung : susah tidur, juga susah bangunnya he..he..<<
  8. Warna gelap, apapun pengennya diwarnai gelap ato yang tegas pokoknya, merah ya merah tua, biru ya biru tua etc.
Gitu aja ya bunda, moga bisa di Acc tugas ini. Berikutnya aku tidak akan menunjuk nama lain untuk melanjutkan tag ini, tapi siapa yang pengen bikin / ngerjain juga boleh, silakan isi daftar dibawah ini yang sengaja aku bikin kosong biar sukarela aja yang mau gabung (kurang apa coba)

Tag ini kuturunkan kepada :
.........................................
.........................................
.........................................
.........................................

undang-undang tag ini :

  1. bebas
  2. suka-suka
  3. boleh di modif
  4. terserah deh

Friday, September 14, 2007

apa bedanya

Dalam suatu headline di sebuah suratkabar tertulis judul "Ternyata, 50% pejabat di negeri ini koruptor". Hal ini membuat berang para pejabat dan mereka menuntut suratkabar tersebut untuk meralat berita itu.

Besoknya muncul berita ralat dari suratkabar itu: "Mohon maaf, berita kemarin yang berjudul "Ternyata, 50% pejabat di negeri ini koruptor" adalah salah!
Kami meralatnya. Inilah judul yang benar: "Ternyata, 50% pejabat di negara ini BUKAN koruptor". Para pejabat pun puas dengan judul itu.

Thursday, September 13, 2007

Ramadhan dan televisi kita

Seperti tahun-tahun sebelumnya, jika bulan Ramadan tiba, hampir semua stasiun televisi berlomba-lomba membuat tayangan yang bernuansa Ramadan, mulai dari tayangan talkshow, sinetron, kuliah tujuh menit (Kultum), kuis sampai acara off air. Intinya, dalam bulan Ramadan ini, semua televisi berusaha memberikan tontonan terbaik baik saat berbuka maupun sahur demi rating. Lantas bagaimana dengan kemasan yang seringkali menimbulkan protes di masyarakat?


Memang, belanja konsumtif masyarakat Indonesia meningkat pada bulan Puasa /Ramadan. Peluang itu ditangkap media elektronik yang mencoba meraup belanja iklan aneka produk yang cukup gencar mendera masyrakat di bulan Ramadan.


Tak pelak, media elektronik sebagai salah satu tempat pembelanjaan iklan yang besar mencoba mengemas berbagai tayangan yang diharapkan diminati penonton agar ratingnya tinggi, dengan demikian pemasang iklan akan berlomba-lomba memasang iklan pada tayangan primadona itu. Selama bulan Ramadan, jam tayang utama (prime time) stasiun televisi swasta nasional bergeser menjadi menjelang berbuka dan menjelang sahur. Aneka tayangan yang ada berlomba-lomba menjaring pemirsa sebanyak mungkin, termasuk memberikan hadiah kuis yang besar dengan pertanyaan dangkal.


Maka, acara-acara yang tampil pada jam tayang utama lebih banyak diisi kemasan hiburan. Jika ada dakwah, sekadar tempelan dengan durasi sekian menit yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan durasi penggalan iklan di sela-sela acara.

Terlihat, prime time (jam tayang utama) televisi pun berpindah ke waktu tersebut. Ketertarikan penonton yang besar terhadap tayangan hiburan pun dimanfaatkan dengan menghadirkan program lawak demi memperbesar jumlah penonton untuk mendapatkan rating tinggi, yang akhirnya memberi peluang besar mendapatkan banyak iklan.

Itulah kenyataan tayangan stasiun televisi swasta yang sarat hiburan demi mengejar rating yang berujung pada minat pemasang iklan dan sponsor dalam acara yang ditayangkannya. Meski adapula yang menampilkan kajian agama lebih komprehensif.


Toh semua terpulang kepada pemirsa, apakah akan larut dalam canda selama sebulan penuh atau lebih menggunakan waktu untuk hal-hal yang positif dalam beribadah?

Wednesday, September 12, 2007

Puasa, shaum, poso..

Puasa Ramadan adalah bulan renungan dan introspeksi semua kekurangan diri. Karena punya sifat ananiyah (egosentrisme), selama ini pandangan kita demikian tajam kalau melihat kelemahan dan kekurangan orang lain. Tidak demikian bagi yang berpuasa. Kita akui segala kelamahan diri, sekaligus mengakui kelebihan yang dimiliki orang lain. Sikap ini lahir dari perasaan tidak berdaya dan merasa tidak memiliki apa-apa.

Baru saja beberapa jam tidak makan, tidak minum, betapa lunglai, lemah, tubuh ini kita rasakan. Apa hebatnya kita? Lahirlah sikap tawadlu (rendah hati). Tersingkirlah sifat ujub dan takabur (pongah dan sombong). Karena sedang puasa kita "sumpel" juga mulut ini dengan zikir agar tidak leluasa menggunjing aib orang, tidak mengeluarkan kata-kata kotor, tidak mengeluarkan caci-maki, tidak mengadu domba sesama umat, tidak menyakiti perasaan orang, dan tidak sinis kepada orang yang berbeda paham dengan kita.

Berbagai amal saleh akan berdampak positif terhadap kelangsungan hidup manusia. Karena selama sebulan penuh, shaimun/shaimat (yang melaksanakan puasa) ini di up grade lahir batin oleh Allah agar menjadi muttaqien (orang bertakwa). Jika gelar muttaqien telah dia peroleh, maka tempat kembalinya adalah surga.

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari bulan agung ini. Sekurang-kurangnya, kita diingatkan kembali oleh Allah arti penting hidup bersama dengan manusia lainnya. Dengan kata lain, makhluk sosial ini tidak akan bisa hidup tanpa ada hubungan baik dengan sesamanya. Ketika puasa, kita dapat merasakan pahit getir menahan lapar dan dahaga. Padahal penderitaan ini hanya sesaat, yaitu sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari. Buat fakir miskin kesengsaraan ini dijalani sepanjang hayatnya. Melalui cara ini, mata batin kita akan peka, naluri ingin menolong akan semakin sensitif dan kepedulian kita kepada semua manusia akan semakin baik. Dengan cara ini akan lahir perasaan sayang kepada umat manusia.

Bedanya, wujud kasih sayang kepada fakir miskin kita nyatakan dalam bentuk santunan sosial material. Mungkin dengan zakat, sedekah, hadiah dan lain-lain. Wujud kasih sayang kepada mereka yang status sosialnya tidak termasuk miskin, kasih sayang ini dapat kita tampakkan melalui santunan imaterial. Bisa dalam bentuk penghormatan, cinta kasih yang tulus, memberikan rasa aman, menghargai dan menghormatinya, serta memberikan hak-haknya sebagaimana manusia pada umumnya.

Wednesday, September 5, 2007

Jin nyerah..

Seorang nelayan sedang menjaring ikan di sebuah teluk, menemukan sebuah botol yang terapung dan tertutup rapi yang segera dihampiri dan diambilnya.

Penasaran..., si nelayan membuka tutup botol, lalu tiba-tiba dari dalam botol keluar asap yang selanjutnya menebal dan mejadi Jin raksasa yang mengambang di depannya.

"Terimakasih tuan, tuan telah membebaskan saya, untuk ini tuan silahkan meminta tiga permintaan, saya akan mengabulkannya" kata Jin.

Setelah kagetnya reda, sang nelayan itu terdiam sejenak lalu dia berkata,

"Baiklah Jin saya ingin tiga kejadian besar terjadi di negeri saya ini, pertama saya ingin semua uang hasil korupsi baik oleh swasta ataupun pejabat pemerintah dikembalikan kepada rakyat, kedua saya ingin semua pelakunya dipenjarakan, ketiga saya ingin hukum benar-benar bisa ditegakkan di negeri saya ini."

Sang Jin berpikir sejenak kemudian, menggeleng-gelengkan kepala, pelan-pelan jasadnya kembali menjadi asap lalu berkumpul masuk kedalam botol itu kembali. Dari dalam botol si Jin berseru,

"Tuan, tolong botolnya ditutup kembali...!!!!!."

Monday, September 3, 2007

Cahaya harapan mengikis kegelapan batin

Kegelapan batin tidak hanya menjadikan gelap bagi jiwa seseorang, tetapi menimbulkan keonaran dalam keluarga, kericuhan di masyarakat, kekerasan, kekejaman, tawuran, pelecehan hukum, dan pembunuhan. Kegelapan batin yang bersekutu dengan kekuasaan, senjata, bahkan teknologi akan menghancurkan tatanan dunia, peradaban, dan kemanusiaan. Bumi ini menangis menyaksikan perilaku manusia dalam amuk kegelapan.

Lalu, adakah harapan bagi kedamaian? Tiap umat beragama harus mempunyai harapan itu, betapapun lemahnya cahaya itu. Kita melihat sumber kehancuran: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin ada serta berasal dari dalam diri tiap orang. Betapaun sulitnya, adalah kewajiban tiap orang untuk membangun dan mengukuhkan keyakinan atas tanggung jawab terhadap tiap perbuatannya. Moralitas menghargai semua kehidupan, mencintai sesama, menerima perbedaan sebagai realitas kehidupan, harus menjadi tema utama pendidikan seutuhnya. Moralitas mencintai dan mengasihi akan membuat seseorang mampu mengendalikan diri dan memahkotai hidup kesehariannya dengan etika.

Sungguh tidak mudah menembus kegelapan batin dengan moralitas kasih sayang bagi semuanya. Tetapi, marilah kita mengajak diri sendiri dulu untuk membuat komitmen kuat dan latihan mental terus-menerus dalam mengusir kegelapan batin dengan moral mencintai dan mengasihi. Tanpa komitmen kuat dan konsistensi mental, kegelapan yang menyelimuti dunia ini tidak mungkin bisa pudar hanya dengan menampilkan simbol-simbol, ritual atau wacana keagamaan semata.

Dengan memulai dari diri sendiri, kita memberikan keteladanan dan mengajak keluarga kita serta semua orang. Keteladanan berbuat baik yang tulus amat dibutuhkan masyarakat dalam mempertahankan kesejahteraan bangsa.
Marilah kita bekerja keras bersama siapa pun yang berniat baik, apa pun agama atau keyakinan, dengan ketulusan hati dan kasih sayang guna membantu siapa pun yang menjadi korban kegelapan batin. Dalam dunia yang sakit, yang sedang terancam kehancuran peradaban, yang diliputi kebutaan moral, kita tumbuhkan kasih sayang guna menolong semuanya dengan kebajikan.

Surat ijin

Kepala polisi suatu wilayah mengirimkan surat kepada salah satu ormas perihal demonstrasi yang akan dilaksanakan di depan kantor gubernur. Berikut petikannya:

Kepada Yth :
Saudara tercinta sesama warga negara,

Kami mengerti akan perasaan saudara mengenai korupsi yang terjadi di lingkungan pemerintahan negeri ini. Kami juga memahami permohonan ijin untuk berdemonstrasi ke kantor gubernuran untuk memprotes fenomena tersebut. Hal yang anda lakukan ini merupakan hal yang biasa di era reformasi ini. Disamping harus menyertakan daftar peserta demo alangkah baiknya saudara juga menjelaskan rute perjalanan saudara, agar dapat kami ketahui dan agar kami dapat "mengamankan" saudara dengan baik. Oleh karena itu saudara tercinta, pilihlah salah satu alat yang saudara senangi untuk "mengamankan" saudara di bawah ini :
  • Pentungan
  • Gas airmata
  • Peluru tajam
Catatan :
Jika saudara tercinta ragu-ragu untuk memilihnya, maka kami dengan senang hati akan memilihkannya dan mempergunakan salah satu diantara alat di atas atau kombinasi dari seluruhnya.

Demikian untuk dapat dimengerti dan harap maklum.

Tertanda
Kepala Kepolisian