... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Wednesday, October 10, 2007



Sebening Fiber Optic yang terbentang...

Setinggi Tower BTS yg menjulang...
Sebesar Network Storage Orde Terra..
Secepat Broadband Access..
Dari setiap Folder Hati yg Terdalam..
Mohon dibukakan Bandwith Maaf selebar-lebarnya..
Agar semua dosa kita bisa terformat...

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI

Minal Aidhin walfaizin
Mohon maaf Lahir dan Bathin


Monday, October 8, 2007

iman dan tanggung jawab pada lingkungan

Beriman dan beramal saleh merupakan satu paket. Itulah paket untuk menjaga kesucian asma Tuhan. Menjaga kehormatan nama-Nya. Lha, jika tidak beriman dan beramal saleh, itu berarti mengotori nama-Nya. Bayangkan, mengotori atau mencemarkan nama baik manusia saja sudah merupakan perbuatan tercela. Apalagi mengotori nama dari Dzat yang memberikan hidup kepada manusia ! Sungguh celaka, kalau nama Tuhan banyak dicatut untuk “kepentingan” manusia. Dan, petaka banyak menimpa. Lha wong ibadah kok pakai uang hasil korupsi. Apa itu bukan menghina Tuhan namanya.

Dunia ini rusak akibat ulah hewan-hewan yang berwujud manusia. Bentuknya saja yang seperti manusia. Tetapi mereka tidak memiliki kemanusiaan. Bahkan perilakunya lebih parah dari hewan. Binatang saja tidak mau merusak sarangnya. Lha kok ada manusia yang tega-teganya merusak dan menghancurkan lingkungan hidupnya.

Lingkungan hidup adalah rahim bagi kehidupan. Jika lingkungan hidupnya rusak, maka cacatlah kehidupan kitadi bumi ini. Ya cacat mentalnya. Hidupnya. Dan, kehidupannya. Pernah kita melihat orang yang dilahirkan dalam keadaan cacat tanpa tangan dan kaki. Orang tersebut tampaknya ada yang memelihara. Dia menjadi manusia dewasa tanpa tangan dan kaki. Disandarkan di emperan took, di depannya ditempatkan kaleng untuk menampung uang. Sebahagia-bahagianya orang tersebut pasti ia menderita. Beban psikologisnya pasti berat.Dan celakanya, orang demikian malah dieksploitasi oleh orang yang sehat jasmaninya – tapi bukan sehat mentalnya. Uang hasil dari belas kasihan orang yang lewat, sebagian untuk memelihara hidupnya, dan sisanya tentu demi keuntungan pribadi pemeliharanya. Ya, menangguk keuntungan dari penderitaan orang cacat. Ironis sekali hal ini terjadi di bumi Pancasila.

Adalagi orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai berhala yang harus dituruti. Contoh konkretnya orang yang memerintahkan penebangan hutan tanpa memperhitungkan keselamatan masyarakat. Tebang terus, demi memperoleh keuntungan materi sebesar-besarnya. Mereka selalu cuci tangan atas terjadinya bencana, banjir, salah musim, kelaparan dan lain sebagainya. Mereka yang punya wewenang untuk mencegah tapi malah membiarkan terjadinya penebangan liar atau bahkan bergabung, juga termasuk penyembah berhala ini.

Beberapa tempat di negeri ini pernah atau bahkan ada yang rutin mengalami bencana akibat kerusakan lingkungan. Kebakaran hutan, tanah longsor, banjir, kekeringan dan lain-lain. Korban jiwa pun menyertai rangkaian bencana tersebut. Mengapa hal itu terjadi? Ya, karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Mereka yang diberi amanat untuk mengatur daerah itulah yang tidak bertanggungjawab. Siapa itu ? Lagi-lagi tidak perlu tunjuk muka untuk hal ini. Yang jelas, bukan George Bush, presiden yang destroyer itu,. Bukan pula Osama bin Laden.

Saturday, October 6, 2007

Zikir, kontemplasi, semedi...

Pernahkan anda memperhatikan ulat yang hendak menjadi kupu-kupu ? Ulat rakus sekali terhadap makanan. Kalau kita mengamati ulat yang makan, tampaknya tak ada jeda untuk berhenti disaat makan. Dia makan terus sambil mengeluarkan kotorannya. Tetapi ulat amat rasional. Setelah masa pertumbuhannya sebagai ulat mencapai kesempurnaan, ia berhenti makan. Energi yang diisap sebelumnya, digunakan untuk membangun kepompong. Seolah-olah ia membentuk rahim untuk pertumbuhan dirinya. Di dalamnya, ia pelan-pelan mengubah dirinya dari bentuk ulat menjadi bentuk kupu-kupu. Dalam bahasa biologi proses ini disebut metamorfosis. Setelah sempurna kejadiannya sebagai kupu-kupu, keluarlah ia dari kepompong itu, dan sejenak hinggap diatasnya. Adaptasi sebentar dengan keadaan lingkungannya, lalu terbanglah ia.

Ternyata rakusnya ulat hanya untuk mengumpulkan energi. Bukan untuk menimbun keinginan. Bukan untuk merasakan lezatnya makanan. Semata-mata untuk mengumpulkan energi agar bisa digunakan membangun kepompong dan mengubah dirinya menjadi kupu-kupu. Kalau dalam bahasa manusia, tahap pengepompongan itu sama dengan tindakan "semedi, tapa-brata, berkontemplasi". Hanya saja semedi (zikir)-nya ulat itu sudah built-in, sudah terpasang dalam kehidupannya. Kalau sudah waktunya ya langsung berhenti makan dan melakukan proses pengepompongan.


Tapa-brata pada manusia ternyata tidak built-in. Bukan bagian yang tidak terpisahkan dalam dirinya. Karena itu harus diupayakan. Pertama, zikir. Banyak sekali ayat Alquran yang menyerukan zikir. Bahkan, shalat pun ditegakkan untuk berzikir. Zikir, semedi, berkontemplasi ataupun meditasi merupakan langkah untuk meniti ke dalam diri. Melihat ke lubuk hati yang terdalam. Masuk ke dalam gua rahasianya hidup. Mengamati kesadaran diri. Membebaskan pikiran dari halusinasi dan ilusi sehingga bertemu dengan jati diri yang murni. Itu semua maksud dan tujuan dari zikir. Nah, jika dalam Alquran disebutkan bahwa zikir mampu menghasilkan hati yang tenteram, itu bukan mengada-ada. Alquran memberi konfirmasi bahwa salah satu hasil dari zikir adalah tenteramnya hati. Puasnya jiwa. Ketenangan batin.


Kedua, tapa-brata. Menjauhi keramaian duniawi. Untuk apa ? Agar tidak silau dalam melihat gebyarnya dunia ini, agar tidak terjebak masuk perangkap dunia. Mengasingkan diri dari daya tarik dunia atau bertapa-brata, bukan menyendiri di suatu tempat. Tetapi, berani hidup menyendiri. Tidak terombang-ambing oleh tarikan dunia.


Memangnya tidak boleh menikmati kelezatan dunia ini ? Badan jasmani ini merupakan unsur duniawi dari diri seseorang. Tentu saja tak ada larangan untuk menikmati dunia. Akan tetapi dalam menikmati lezatnya dunia ini manusia harus punya rambu-rambu dengan selalu ingat bahwa tujuan akhirnya bukanlah dunia. Dunia hanyalah tangga untuk menuju tempat lain, kembali kepada Tuhan. Ilayhi raji'un.

intermitzuh..

beruntunglah warga negri ini karena punya lembaga negara yang bernama DPR, tempat mengeluh dikala susah, tempat mengadu disaat tertindas, dan sasaran mengumpat yang tepat diwaktu kesal dan jengkel.. right ?

Thursday, October 4, 2007

kemunafikan biang krisis negri ini

Seandainya di bumi Nusantara ini tidak ada orang munafik, atau jumlah mereka itu tidak berarti jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ratusan juta ini, maka krisis di negri ini akan cepat selesai. Jadi kalau negara ini sulit keluar dari krisis berkepanjangan ini, itu tandanya orang-orang munafik masih merajalela di jazirah ini. Tak perlu tunjuk hidung siapa yang munafik lah..

Kalau menurut hadis,
orang munafik itu ya yang jika berkata ia dusta. Jika dipercaya, berkhianat. Dan bila berjanji dia mengingkari. Hadis ini sangat terkenal, diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.

Apa yang dia katakan itu tidak tulus dari hati sanubarinya. Hanya untuk mengibuli atau mengecoh orang lain. Tujuannya, ya untuk kepentingannya atau kelompoknya sendiri. Hal ini tampak jelas pada saat pemilu. Berbagai kata manis dilempar dan segala janji diumbar. Agar orang mau mendukung, memberikan suaranya. Tapi setelah terpilih semua itu dipungkiri, diingkari.


Keluhan orang miskin tidak didengar lagi. Teriakan buruh kecil dibiarkan hilang diterbangkan angin. Janji untuk memperbaiki nasib rakyat jelata, dibiarkan sirna. Akhirnya rakyat lupa akan janji mereka. Dan mereka sendiri alpa dari apa yang mereka janjikan. Bahkan sering keputusan para elite ini berlawanan dengan tuntutan warga yang fakir, yang yang miskin dan yang terlantar, yang mestinya diperhatikan oleh negara. selama kemunafikan merajai negri ini maka tak ada harapan untuk dapat kembali ke alam kehidupan yang sejahtera.

gambar simbah dari sini

Monday, October 1, 2007

Malem Selikuran

Acara ini merupakan tradisi Keraton Surakarta Hadiningrat dan masyarakat Solo yang dilakukan setiap malam ke-21 bulan Ramadhan. Tradisi itu digelar untuk menyongsong lailatulkadar.

Malem Selikuran ditandai dengan kirab seribu tumpeng. Kirab diawali dari halaman Pagelaran Keraton Surakarta, berjalan menyusuri Jalan Slamet Riyadi dan berakhir di Taman Sriwedari Solo.

Barisan kirab diawali oleh para prajurit keraton yang membawa simbol-simbol kebesaran keraton, kemudian dikuti oleh kereta kuda Retno Puspo dan Retno Juwito, yang ditumpangi oleh kerabat keraton.

Di belakang kereta kuda, diikuti barisan 24 ancak cantoko, yang berisi seribu tumpeng serta barisan 21 lampu ting, yang melambangkan peringatan "Malem Selikuran".
Sesampai di Taman Sriwedari, 1.000 tumpeng tersebut diserahkan oleh salah seorang kerabat keraton dan diterima ulama keraton. Setelah berdoa 1.000 tumpeng dibagikan kepada masyarakat, yang lebih dikenal dengan istilah ngalap berkah. Ribuan masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan, ikut memperebutkan tumpeng-tumpeng tersebut, yang dipercaya dapat memberikan berkah.

Menurut salah seorang Pengageng Keraton Surakarta, KRA Winarnokusumo, upacara "Malem Selikuran" ini sebagai bentuk ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa serta sebagai wujud permohonan atas keselamatan.
Selain itu kegiatan ini juga sebagai salah satu bentuk upaya pelestarian bu
daya Jawa.

Tahun ini, malem selikuran kalo ga salah diadakan / jatuh pada besok malam, selasa 2 oktober. Tapi satu yang pasti, kita tentu sangat mengharap berkah dari malam Lailatulqadar, kapan pun itu jatuhnya..