... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Tuesday, April 26, 2011

Hastinapura makin kelam

Duryudana, pemimpin tertinggi negri Hastinapura, kemarin tiba-tiba muncul dalam berita sebuah situs berita online terkemuka negri. Beliau diberitakan sedang memimpin rapat kabinet kerajaan sambil seolah menunjukkan kepada seantero negri bahwa beliau masih eksis dan sehat. Memang beberapa waktu akhir-akhir ini beliau sepertinya menghilang, sepi dari pemberitaan media. Mantan jendral angkatan perang Hastinapura yang semasa kampanye dulu membawa slogan "TERUSKAN !" akhirnya setelah berhasil menjabat, benar-benar melaksanakan slogannya tersebut. Beserta jajarannya, beliau benar-benar "meneruskan" keruwetan tata pemerintahan negri Hastinapura yang sudah terlanjur semrawut sejak periode pertama beliau menjabat.
Rata-rata media nasional maupun lokal Hastinapura lebih ramai mewartakan tentang tokoh "cerdas" berpostur kerempeng, Arya Sangkuni, yang kebagian posisi memimpin Dewan Kerajaan, yang makin tidak menentu ucapan maupun pernyataan-pernyataannya. Apalagi setelah ditentang banyak kalangan dalam kengototannya membangun gedung baru bagi lembaga yang dipimpinnya. Tokoh ini sedikit menurun pamornya dalam media setelah salah seorang anggota lembaganya, Durmagati, membuat sensasi dengan menonton adegan bilm forno (BF) melalui gadget-nya ditengah sidang dewan kerajaan.
Tak kalah sensasional meramaikan kehebohan negri berikutnya adalah Dewi Krepi, istri Durna. Perempuan berparas biasa yang dengan ajian Salinrogo bisa merubah fisik dirinya menjadi sosok seksi nan montok. Dia bekerja pada sebuah bank dengan jaringan internasional namun justru menyalahgunakan kewenangannya untuk mengibuli banyak nasabah demi keuntungan pribadinya, bahkan sempat tersiar kabar banyak nasabah korbannya yang berasal dari institusi lingkar kerajaan, istilah sebelumnya adalah "senapati berekening gendut". Tetapi, kehebohan Dewi Krepi ini hanya berlangsung sesaat, karena segera dilibas oleh kabar yang meninabobokan para kawula. Yaitu tentang Citraksi, prajurit punggawa keamanan berpangkat briptu yang bergoyang ala Hindustan, negri sesepuh para wayang.
Sebuah organisasi non kerajaan yang selama ini mengurusi hiburan murah nan merakyat, bola sepak, seolah tak mau ketinggalan dalam menyumbang kekisruhan negri. Dursasana, sang pemimpin yang sudah berulang kali bolak-balik penjara akhirnya lengser secara paksa. Kahyangan sudah tidak menghendaki kepemimpinannya. Namun antek Dursasana terlanjur mengakar dan merajalela. Meski Citrakandha, sang sekjen, telah berusaha (seolah-olah) elegan mengundurkan diri, namun banyak anak buahnya yang tak rela dengan kondisi suksesi ini berjalan lancar. Mereka berlomba mencari (sekaligus mengaku-ngaku punya) akses ke kahyangan untuk meminta petunjuk penghuni langit. Dewan kahyangan akhirnya menunjuk beberapa wayang untuk menjadi Komite Penormalan. Tapi lagi-lagi komite ini juga mendapat mosi tidak percaya karena petunjuk dewa tidak selaras dengan yang diinginkan 78 pemilik (penyambung) suara Dursasana.
Semetara itu Adipati Karna, komandan punggawa keamanan kerajaan kembali dibuat pusing dengan munculnya lagi teror bom yang mengguncang negri. Senapati berkumis tebal itu tak habis pikir apa sebenarnya yang dimaui oleh para orang-orang konyol yang menebar teror berkepanjangan, apalagi beberapa waktu silam prajuritnya ada yang sudah kehilangan tangannya akibat bom buku. Lagi-lagi angin pemberitaan meliuk tajam, kabar teror bom tersebut segera menenggelamkan berita tentang nasib kawula yang sedang disandera perompak di Jazirah Banakeling, negri di barat dunia wayang yang berbatasan dengan Kerajaan Samudra.
Ketika dicegat para juru warta istana untuk dimintai tanggapannya tentang kekisruhan negri yang berlarut-larut, Baginda Prabu Duryudana hanya berhenti sesaat dan berkata pelan,
"Maaf, saya lagi sibuk mempersiapkan pernikahan putraku dengan putri senapati berambut putih itu,dan tentang keruwetan negara ini, saya sudah berkali-kali menyampaikan melalui media, yaitu SAYA PRIHATIN !"
-------------
Gendhing monggang mengalun pelan seiring meredupnya blencong..

*gambar nyolong dari Jawapos