... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Thursday, September 13, 2007

Ramadhan dan televisi kita

Seperti tahun-tahun sebelumnya, jika bulan Ramadan tiba, hampir semua stasiun televisi berlomba-lomba membuat tayangan yang bernuansa Ramadan, mulai dari tayangan talkshow, sinetron, kuliah tujuh menit (Kultum), kuis sampai acara off air. Intinya, dalam bulan Ramadan ini, semua televisi berusaha memberikan tontonan terbaik baik saat berbuka maupun sahur demi rating. Lantas bagaimana dengan kemasan yang seringkali menimbulkan protes di masyarakat?


Memang, belanja konsumtif masyarakat Indonesia meningkat pada bulan Puasa /Ramadan. Peluang itu ditangkap media elektronik yang mencoba meraup belanja iklan aneka produk yang cukup gencar mendera masyrakat di bulan Ramadan.


Tak pelak, media elektronik sebagai salah satu tempat pembelanjaan iklan yang besar mencoba mengemas berbagai tayangan yang diharapkan diminati penonton agar ratingnya tinggi, dengan demikian pemasang iklan akan berlomba-lomba memasang iklan pada tayangan primadona itu. Selama bulan Ramadan, jam tayang utama (prime time) stasiun televisi swasta nasional bergeser menjadi menjelang berbuka dan menjelang sahur. Aneka tayangan yang ada berlomba-lomba menjaring pemirsa sebanyak mungkin, termasuk memberikan hadiah kuis yang besar dengan pertanyaan dangkal.


Maka, acara-acara yang tampil pada jam tayang utama lebih banyak diisi kemasan hiburan. Jika ada dakwah, sekadar tempelan dengan durasi sekian menit yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan durasi penggalan iklan di sela-sela acara.

Terlihat, prime time (jam tayang utama) televisi pun berpindah ke waktu tersebut. Ketertarikan penonton yang besar terhadap tayangan hiburan pun dimanfaatkan dengan menghadirkan program lawak demi memperbesar jumlah penonton untuk mendapatkan rating tinggi, yang akhirnya memberi peluang besar mendapatkan banyak iklan.

Itulah kenyataan tayangan stasiun televisi swasta yang sarat hiburan demi mengejar rating yang berujung pada minat pemasang iklan dan sponsor dalam acara yang ditayangkannya. Meski adapula yang menampilkan kajian agama lebih komprehensif.


Toh semua terpulang kepada pemirsa, apakah akan larut dalam canda selama sebulan penuh atau lebih menggunakan waktu untuk hal-hal yang positif dalam beribadah?

5 comments:

Muhammad Mufti said...

Padahal dulu tayangan bernuansa ibadah lebih kental. Misalnya Pasaur (Pengantar Anda Sahur), 1 jam penuh tanya jawab dengan narasumber. Tapi sekarang kok acaranya dagelan melulu. Sebagai muslim rasanya rugi dong, tidak bertambah ilmu agama.

Sinopi said...

bawel ah... biarin ajah kenapah?
*kekekekkk... doooh marah deh!*

sayah siy seneng nya nonton SCTV yg jam 3 pagi, sinetron PPT bagus banget!
kuis2 siy males ah, jari ampe kriting ga pernah berhasil nilpun...

sayurs said...

@nophee :
"sayah siy seneng nya nonton SCTV... bagus banget" >> nha ini yang bikin telepisi tambah menggila ha..ha..
"bawel..." >> lha elo juga sempet2nya kasih koment di sini :P

Sinopi said...

hihiiii... ada yg ngamuk dibilang bawel...
*kabur ah, serem...!*

Dony Alfan said...

Saya prihatin klo nonton Stasiun Ramadan di RCTI, masak kiai cuman buat pemanis doang di awal dan akhir acara, itupun nggak lebih dari 3 menit thok, selebihnya cuman guyonan dan lawakan yang ga ada hubungannya sama dakwah.
Saya setuju sama mbak novee, PPT bagus tuh, sebuah sinetron satire eupimisme untuk kita semua.
Satu lagi nih, paling lucu klo liat seleb tiba2 pake jilbab pas puasa, setelah itu ya buka2an lagi. Huuuusss, puasa kok ngomongin orang, ups...