... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Sunday, February 17, 2008

Wayang Lintang Johar

Wayang, dengan beragam jenisnya, merupakan salah satu seni tradisional nusantara yang sangat populer bagi masyarakat Jawa. Namun meski sejak 2003 telah diakui sebagai pusaka dunia oleh UNESCO, esensinya sebagai mata air tradisi dalam berkesenian sepertinya belum begitu nyantol di mata anak-anak. Memang wayang telah demikian akrab dengan masyarakat kita, khususnya Jawa, melalui radio dan televisi, tapi mayoritas anak-anak sekarang lebih menyukai tokoh-tokoh impor sebagai idolanya - batman, power rangers dan kartun Jepang. Tidak perlu menunggu bangsa lain yang terus menggali kekayaan budaya nusantara ini, kan ?


Semalam, di area city walk, depan Gapura Taman Sriwedari Solo, digelar pentas dalang bocah yang bertajuk Wayang Lintang Johar. Kolaborasi dua dalang wayang kulit cilik, Adam Gifari dan Anggit Laras Prabowo, dengan wayang orang dari anak-anak Sanggar Sarotama. Mementaskan lakon Gathutkaca Jedhi, sebuah babak yang menceritakan bagaimana Gathutkaca mendapatkan jedhi (gemblengan) dari Bathara Narada, dan akhirnya berhasil mengusir / mengalahkan pasukan buto (raksasa) yang datang mengobrak-abrik kahyangan. Meski belum selugas orang dewasa, anak-anak itu mampu menampilkan ekspresi berkeseniannya cukup bagus, apalagi dengan format kolaborasi lintas batas yang tentu lebih memerlukan penjiwaan yang lebih.

Pagelaran yang dihelat oleh Mataya arts & heritage ini direncanakan berlangsung rutin sebagai pentas keliling dalang bocah yang diadakan tiap malam Minggu kliwon. Digelar di ruang-ruang publik kota Solo. Bersentuhan langsung dengan realitas publik perkotaan, apakah mereka masih setia menjadi masyarakat pendukung seni wayang dan bisa mendorong lahirnya kreator-kreator wayang masa depan. Kita tentu tidak berharap "anak-anak wayang" akan memasuki jalan sunyi di masa depan. Kata 'lintang johar' bisa dimaknai bahwa dari dalang bocah akan lahir dalang masa depan yang membangun dan mencipta, melestarikan budaya. Anak-anak adalah masa depan sumber mata air tradisi.

7 comments:

Me said...

Walau aku lebih suka wayang orang, tapi ikut senang juga dengan adanya dalang2 cilik, berarti yang namanya dalang nggak akan musnah.

Rey said...

haduuhh sayang ra iso melu nonton, mesti menarik banget. Aku suka banget wayang (org), dan sedikit2 tau cerita wayang, gara2 waktu kecil sering diajak eyang nonton WO Sriwedari. Pas pulang kampung kmrn aku sempetin nonton WO di Sriwedari, hhh... mau nangis rasanya, semua msh tetap sama, seperti 18 tahun yang lalu, hiks jadi terharu. Btw saking sukanya ama wayang, aku punya buku Sejarah Wayang Purwa, hehe :D

Anonymous said...

nguri-nguri kabudayan, emang diperlukan agar kabudayan nan adiluhung itu ngak musnah dilahap jaman . Jangan sampai anak cucu nanti cuman mengenal Doraemon dan JAV dari jepang

Adite said...

mungkin karena wayang terkesan buat orang dewasa.. berat.. jadi anak2 kurang suka

moga2 wayang kaga diambil malaysia :D

sayurs said...

#bunda Ani : kita semua pun berharap begitu bunda, thx

#rey : jangan2 kowe ki asline sindhen ya yu, opo putune dalang he..he..

#regso : ga sah nunggu anak cucu, dirimu yang masih termasuk generasi sekarang aja udah kecanduan JAV, piye jal ? :D

#adite : lha ya itu yang dikuatirkan..

Anonymous said...

aku belum pernah liat wayang dengan dalang cilik, hebat ya !

Anonymous said...

saya dulu ikut pentasnya.. sy sanggar sarotama..
sekarangsudah banyak dalang2 cilik. terakhir yang ikut Temu dalang cilik tgal 20 juli kemarin ada 41 dari JKT sampe Mojokerto.
belum yang dari sumatera dan bali.