... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Thursday, February 28, 2008

Mahesa Jenar dan 'mantan pejabat'

Meninggalkan keluhuran derajat dan kekuasaan sebagai panglima wira tamtama Kerajaan Demak pada masa Sultan Trenggono, lalu memilih jalan darma sebagai seorang pendekar, berkelana membaur dengan kawula alit. Demikian dikisahkan S.H. Mintardja dalam Naga Sasra dan Sabuk Inten. Seperti umumnya pendekar, Mahesa Jenar hidup bersahaja, jauh dari kemewahan duniawi. Ia sudah mantan, namun baktinya pada negara, kemanusiaan dan nilai luhur masih begitu menggelora.

Manusia jenis apa sang tokoh ini ? Seseorang yang cocok untuk memenuhi kehausan zamannya akan kebutuhan seorang pahlawan pembela rakyat, yang seolah tanpa cela ? Atau tokoh naif kah dia, yang tak bisa memanfaatkan jabatannya untuk segi sosial ekonomi dan politisnya ? Kita tidak tahu pasti. Tindakan sosial sering memiliki motif yang sulit dijelaskan bahkan oleh pelakunya sendiri. Tapi, yang jelas, bila menjadi mantan di saat sekarang ini lalu meniru jalan Mahesa Jenar, maka ia ora keduman, tidak kebagian. Mantan pejabat negri ini tidak suka memilih jalan sepi ing pamrih itu.

Pada zaman kini, para mantan - kata Muhamad Sobary - memiliki dua ciri, menjadi pengusaha yang lebih serius, lebih profesional (dibanding saat masih jadi penguasa), atau berpolitik sebagai oposan. Berbaju kelompok oposisi, para mantan begitu bersemangat menyuarakan kepentingan rakyat, seolah kekacauan kondisi ini baru saja terjadi semalam. Orang kecil pun hanya bisa berbisik di belakang, "Betapa hebat jika sikap itu tampak dari dulu, ketika masih berkuasa. Kayaknya waktu mereka masih di singgasana, kita juga tidak merasakan hidup serba ideal."

"Vokal tanpa kekuasaan di tangan tak ada gunanya. Percuma !" kata seorang teman yang memilih DO dari kampus demi idealismenya.

"Mereka satria yang menghormati atasan. Untuk bersuara, mereka nunggu setelah bukan lagi menjadi bawahan," sahut kang Warjo, sopir angkot yang ngakunya pernah kuliah walau cuma satu semester.

Orang pun enggan menjadi mantan, ingin jumeneng (mempunyai posisi) terus. Kegelisahan rohani, karena orang tak lagi menegur sambil membungkuk lalu suka rela membukakan pintu mobil, pasti melanda. Ditambah lagi gangguan stabilitas sosial ekonomi politik dalam hidup pribadi dan keluarga juga menjadi resiko seorang mantan. Dari itu maka tak mengherankan jika para pejabat itu bersikap lembut pada "rakyatnya" yang di perguruan tinggi. Apalagi saat menjelang akhir jabatan. Mereka berharap perpanjangan "masa bakti" dengan menjadi profesor. Dalihnya, masih merasa terpanggil. Entah suara gaib dari mana yang memanggil.

Sepertinya, mantan adalah gejala yang menakutkan, atau malah wujud dari ketakutan itu sendiri. Kalaupun menjadi mantan sudah tidak bisa lagi terhindarkan, maunya menjadi mantan yang makmur. Mobil dinas tak usah dikembalikan. Fasilitas lain kalau bisa jangan drastis dihentikan. Perlu yang namanya periode transisi. Sementara itu, tradisi makan malam di hotel masih harus dipertahankan. Pokoknya jangan seperti Mahesa Jenar, dingin, sepi, di rimba belantara, jauh dari kafe dan credit card.

21 comments:

Anonymous said...

waduh mas, setahu saya Mahesa Jenar itu adalah lelaki tampan dengan bunga kantil yang selalu terselip di telinganya.

ya jaman sekarang senjatanya bolpoint/flashdish/.......... sementara jama dulu senjatanya keris/tombak.
tapi yakin saja masih ada kok orang yang seperti Mahesa Jenar.

Anonymous said...

waduh mas, setahu saya Mahesa Jenar itu adalah lelaki tampan dengan bunga kantil yang selalu terselip di telinganya.

ya jaman sekarang senjatanya bolpoint/flashdish/.......... sementara jaman dulu senjatanya keris/tombak.
tapi yakin saja masih ada kok orang yang seperti Mahesa Jenar.

Anonymous said...

Ya semoga makin banyak orang-orang seperti beliau di negeri ini, amien

Keket said...

Susah nemu orang kaya beliau zaman sekarang...
pejabat sekarang mah cuman mikir kepentingan pribadi aja...
tapi mungkin masih ada...
walaupun kuantitasnya dikit...

Anonymous said...

jadi ingat pernah ada kisah bersambungnya mahesa jenar di KR.
tokoh kayak gini susah ditemukan di zaman sekarang

amethys said...

mantan??? kali mantan yak men...:D

laaah piye seh yur...wong ki yen wis pinarak nang kursi empuk, menthul2...yo lali jumeneng....pomaneh mudhun...njur lenggah lesehan...tak sudihhh lah...nehiiii...hihihi...
wong klo sudah duduk lupa bersiri jeh...koyo iklan kursi ae..
ponameh wis dadi petinggi, rak wis nyaingi hayam wuruk...gajahmada...gajah wong, gajah mungkur...hihihi......

wis ah...ndak digebyur banyu karo sego sangit

amethys said...

bersiri = berdiri.....nding (salah nulis)

Anonymous said...

bagaimana kalo mantan pacar ?? :D (gaknyambung.com xP)

sap said...

mas, pangkat, jabatan, kedudukan, ki uenak...gurih..! jadi ya wajar aja sifat mereka begitu!(orang rakus dan tamak)

ichal said...

Sepertinya, mantan adalah gejala yang menakutkan, atau malah wujud dari ketakutan itu sendiri. Kalaupun menjadi mantan sudah tidak bisa lagi terhindarkan, maunya menjadi mantan yang makmur. Mobil dinas tak usah dikembalikan. Fasilitas lain kalau bisa jangan drastis dihentikan.

saya tertarik dengan yang ini mas sayur!!! keren banget paparannya

Judith said...

Mas mas ... kuwi gambare kok koyok bambang three atmojo yo ...mirip.

mbuh dheng ..mungkin kumise wae sing mirip! ...

sachroel said...

he..he.. padahal sebenarnya kan pejabat itu = pelayan masyarakat....harus nya seneng kalo jadi mantan, berarti gak perlu capek2 lagi melayani rakyat.

tapi sayang....he..he..kurang ikhlas kali ye.

Anonymous said...

PSIS tim berjuluk laskar mahesa jenar

sayurs said...

# xo: semoga..

#landy : let's hope..

#keket :yang sedikit itupun juga samar2 he..

#fetro : bukan cuma susah om, susssaaaahhh banget..

#wieda : ya begitulah..

#mitra : wah lha ituh..

#sap: pokoknya melenakan dan bikin kecanduan..

#ichal : ah si abang, bisa aja..

#judith : itu dari cover novelnya..

#sachroel : tapi ya itu, hampir ga ada yang berpendapat dari sisi ini..

Anonymous said...

Jangan menyamaratakan semua mantan pejabat sekarang itu kayak gitu . Ada satu ato dua orang yang semulia si Jenar . Karena jumlah mantan pejabat itu ribuan jadi yang satu,dua orang itu ketutup . Paham !!!

Dony Alfan said...

Aktif berpolitik sembari nyari "modal". Kalo karir politiknya sudah habis ya tinggal alih profesi menjadi pedagang, khan sudah punya "modal"

Unknown said...

mahesa jenar, lawa ijo, pasingsingan, lembu sora dan ki ageng pandanaran, siapakah tokoh-tokoh ini di jaman sekarang ini...

sayurs said...

#regso : paham pak ustad.. *dasar entong mania*

#dony : yak engono ya Don

#arif : lha ya itu yang bikin makin skeptis..

Rey said...

wahhh piye yo... sakjane aku yo mantan; mantan pelajar, mantan preman, lan mantan demonstran, tapi aku ndak mbawa kembang kantil ditelinga (halahh...) :D

Anonymous said...

lebih gampang dari bukan siapa-siapa menjadi siapa-siapa daripada dari siapa-siapa menjadi bukan siapa-siapa...

Anonymous said...

apa yang saya cari, terima kasih