... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Monday, October 8, 2007

iman dan tanggung jawab pada lingkungan

Beriman dan beramal saleh merupakan satu paket. Itulah paket untuk menjaga kesucian asma Tuhan. Menjaga kehormatan nama-Nya. Lha, jika tidak beriman dan beramal saleh, itu berarti mengotori nama-Nya. Bayangkan, mengotori atau mencemarkan nama baik manusia saja sudah merupakan perbuatan tercela. Apalagi mengotori nama dari Dzat yang memberikan hidup kepada manusia ! Sungguh celaka, kalau nama Tuhan banyak dicatut untuk “kepentingan” manusia. Dan, petaka banyak menimpa. Lha wong ibadah kok pakai uang hasil korupsi. Apa itu bukan menghina Tuhan namanya.

Dunia ini rusak akibat ulah hewan-hewan yang berwujud manusia. Bentuknya saja yang seperti manusia. Tetapi mereka tidak memiliki kemanusiaan. Bahkan perilakunya lebih parah dari hewan. Binatang saja tidak mau merusak sarangnya. Lha kok ada manusia yang tega-teganya merusak dan menghancurkan lingkungan hidupnya.

Lingkungan hidup adalah rahim bagi kehidupan. Jika lingkungan hidupnya rusak, maka cacatlah kehidupan kitadi bumi ini. Ya cacat mentalnya. Hidupnya. Dan, kehidupannya. Pernah kita melihat orang yang dilahirkan dalam keadaan cacat tanpa tangan dan kaki. Orang tersebut tampaknya ada yang memelihara. Dia menjadi manusia dewasa tanpa tangan dan kaki. Disandarkan di emperan took, di depannya ditempatkan kaleng untuk menampung uang. Sebahagia-bahagianya orang tersebut pasti ia menderita. Beban psikologisnya pasti berat.Dan celakanya, orang demikian malah dieksploitasi oleh orang yang sehat jasmaninya – tapi bukan sehat mentalnya. Uang hasil dari belas kasihan orang yang lewat, sebagian untuk memelihara hidupnya, dan sisanya tentu demi keuntungan pribadi pemeliharanya. Ya, menangguk keuntungan dari penderitaan orang cacat. Ironis sekali hal ini terjadi di bumi Pancasila.

Adalagi orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai berhala yang harus dituruti. Contoh konkretnya orang yang memerintahkan penebangan hutan tanpa memperhitungkan keselamatan masyarakat. Tebang terus, demi memperoleh keuntungan materi sebesar-besarnya. Mereka selalu cuci tangan atas terjadinya bencana, banjir, salah musim, kelaparan dan lain sebagainya. Mereka yang punya wewenang untuk mencegah tapi malah membiarkan terjadinya penebangan liar atau bahkan bergabung, juga termasuk penyembah berhala ini.

Beberapa tempat di negeri ini pernah atau bahkan ada yang rutin mengalami bencana akibat kerusakan lingkungan. Kebakaran hutan, tanah longsor, banjir, kekeringan dan lain-lain. Korban jiwa pun menyertai rangkaian bencana tersebut. Mengapa hal itu terjadi? Ya, karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Mereka yang diberi amanat untuk mengatur daerah itulah yang tidak bertanggungjawab. Siapa itu ? Lagi-lagi tidak perlu tunjuk muka untuk hal ini. Yang jelas, bukan George Bush, presiden yang destroyer itu,. Bukan pula Osama bin Laden.

10 comments:

bunda said...

Semoga solo dan sekitarnya selalu aman dari segala bencana alam..amin...

amethys said...

protesssss....ga terima aku ..mengapa dikauw sebut mereka itu hewan? mereka bukan hewan tapi SETAN yg berwujud manusia.

Segalak galaknya hewan tidak akan mengganggu atau merusak alam...

tapi manusia yg mentalnya rusak, selalu saja mengotori alam ini dengan perbuatannya...(huh)
tentu saja alam ini marah, dengan manusia2 yg tidak bisa menghargai alam ini....

*ngamuk.com*

Anonymous said...

wuiii ... ada yg ngamuk diatas :D

kalau kita menicintai alam, alampun akan cinta pada kita, betul nggak?

Anonymous said...

kok situ sambil nglirik2 saya..nuduh saya yah..nuduh yg bukan2 ya ?

Marilah mencintai alam beserta isinya..jadi mulai besok belajar pacaran dengan pohon...

Anonymous said...

situ kok nuduh saya yang bukan ?? ikut nebang puhun ?? padahal hasil dari nebang puhun itu saya jadikan sumbangan buat penggerak LSM yang bergerak di dunia pendidikan ..(bukan kedok)..tapi saya emang bermuka manis


besok-besok kalo nulis tentang saya, konfirmasi dulu ya..
nanti kamu ta kasih jatah puhun juga

sayurs said...

# Achi : Amin dah pokoknye..

# Wieda : setan ? kayaknya sadis banget .. mereka walau kecil masih punya sisi humanis kok (minimal pada keluarganya)..

# Ely : kurang lebih begitu.. :D

# sing mbauRegso alam : ah mudah sekali kau berpindah hati.. kemaren kau bilang mencintai batu, gua, kini pohon (besar) ? butuh menyan ga..

# kadek suartama : sampeyan to ternyata kuli tebangnya..

deFranco said...

Rungokno le, aku meh ngomong tenanan...heh...rungokno..ojo nggambleh dewe wae...wis yo tak lekasi...
Gusti Kang Moho Agung menciptakan segala sesuatu di dunia ini pasti ada alasan dan tujuannya, termasuk menciptakan hutan. Seharusnya kita bangsa Endonesia bersyukur sama Gusti Alloh karena 1/3 dari seluruh hutan yang ada di bumi ini menjadi milik Endonesa (duluuu bgt tapi...) Manusia boleh saja memanfaatkan hutan, boleh saja menebang kayu di hutan, tapi pasti ada aturannya kan?? wong jowo bilang, "Opo-opo ki nek sarwo kakehan ora apik", contohnya ya itu tadi...praktek eksploitasi hutan yang dilakukan secara besar2an tentu saja memiliki efek yang sangat tidak menyenangkan bagi lingkungan di sekitar hutan tersebut.
Lha terus kita mau nyalahken siapa kalo banyak bencana tanah longsor dan banjir terjadi di Endonesa tercinta ini...Dan kita harus mahfum juga kalo sekarang dhemit2 yang dulu manjing di puhun2 gede di hutan pilih lari ke kota dan pada ngeblog kaya sampeyan?
Rak injih leres mekaten to mas Sayurs???

Anonymous said...

dah ndak pake menyan tho..lah wong jaman udah core two duo, pake aroma terapi... hehehe

terakhir...
"ngaturaken sugeng riyadi..menowo wonten lepat,luput ugi njepat ingkang disengojo utawi mboten kulo nyuwun agunging pangapuro...sedanten meniko mboten wonten niat punopo2..just guyon..just ndagel mugio ndadosaken rumaketing tali silaturohmi"

ihik..ihik..

Vie said...

Itu yang suka nebang hutan adalah penyembah berhala (abstraknya lho!).

Sinopi said...

yasudah, kl gitu tanyakan pd rumput yg bergoyang...
*lho... bergoyang kenapa emang nya*