... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Wednesday, September 17, 2008

Puasa dan laku

Puasa bukanlah sekedar menahan diri dari lapar dan haus sejak fajar hingga matahari terbenam pada bulan Ramadhan ini. Pada awalnya perintah berpuasa ini bertujuan untuk membangun pribadi maupun sosial yang terjaga, terlindung dari perilaku tercela. Puasa yang sejati dapat memotivasi pelakunya untuk meraih tujuan yang sebenarnya yaitu: hidup bertakwa, menjadi manusia patuh, menjadi hamba yang bersyukur dan menjadi hamba yang senantiasa berada di jalan yang benar (QS 2: 183-187)

Mencegah makan, minum dan seks dari fajar hingga matahari terbenam merupakan tata krama puasa. Karena sebagai tata krama, jadi ya tidak perlu berlarian atau tergesa-gesa mengambil makanan atau minuman saat tanda maghrib tiba. Memang kita disunahkan untuk menyegerakan berbuka, tapi bukannya bertindak seakan-akan orang yang kelaparan dan kehausan saat menyerbu hidangan berbuka.

Dalam Suluk Sujinah diterangkan bahwa puasa –yang secara fisik itu- harus dilanjutkan atau disertai laku yang disebut tapa. Dan tapa sebagai perwujudan laku ini ada empat macam, tapa ngeli, tapa geniara, tapa banyuara dan tapa ngluwat.*)

Tapa ngeli. Kata “ngeli” artinga menghanyutkan diri. Yang dimaksud dalam laku ini adalah berserah diri sepenuhnya, total mengikuti (arus) kehendak Gusti Yang Maha Wisesa, darma nglakoni. Kosakata Jawa “darma nglakoni” tidak berkonotasi pasif tinggal menjalani, tetapi bahwa kita kudu menjalankan kebajikan yang dikehendaki-Nya.

Tapa geniara. Orang yang menjalankan puasa harus tidak merasakan sakit hati bila dibicarakan orang lain, tidak mudah terpancing emosinya. Pelaku puasa tidak gampang terbakar. Orang itu harus bisa menerima kritik, sepahit apapun itu. Bisa menanggapinya dengan langkah hidup yang kalem, teguh dan rahayu.

Tapa banyuara.Orang berpuasa harus mampu menyaring omongan dan tutur kata dari orang lain yang mengingatkan kita. Orang yang terlatih puasa harus pandai mendengarkan orang lain. Jadi bukan hanya pandai bicara tapi juga pandai mendengarkan dan penuh perhatian.

Tapa ngluwat. Secara literal artinya memendam diri di dalam tanah. Tapi bukan itu yang dimaksud di sini. Makna tapa atau puasa ngluwat adalah merendah, tidak membanggakan kebaikan diri, tidak memamerkan amal kebajikan, dan tidak membanggakan jasa yang pernah dilakukannya. Menjaga diri, rendah hati dan bisa memerangi gejolak hawa nafsu.

Dengan menyertakan laku tersebut dalam kehidupan sehari-hari, percekcokan yang tiada guna itu bisa dihindari. Yang tercipta adalah sepi ing pamrih rame ing gawe, banyak yang dapat kita kerjakan dan sepi dari kepentingan. Dan, itulah wujud dari pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Agung. Semoga.

*) Faqier Abdul Haqq, 1990, Suluk Sujinah, cet. IV, Yogyakarta: Bratakesawa.

gambar : Pertapan Semar, Gunung Arjuno, Jatim, 2003

15 comments:

Anonymous said...

Yo syukurlah, tak kiro sampeyan poso le ngeblog juga e...nangdi wae sampeyan ki ra tau njedul nang dunia persilatan??

Anonymous said...

Islami, tapi kok rodo kejawen sithik, haha.
Neng ndi wae kang? Sibuk golek duit mesti? Ahhhh, itu duniawi kang....

Unknown said...

hasil semedi yang cakep ^^_ pantas untuk ditunggu .... :)

NdaH said...

Islam feat kejawen?

Anonymous said...

betull puasa ndak sekedar nahan luwe. Tapi ada makna-makana laen seperti yang sampean sampaiken..?

btw..gimana anak lurah dekat mushola ?

sayurs said...

#panJoel : wah bro, ngene iki rekosone wong ubet, tapi suwun jik dho eling..

#dony: apakah kejawen mutlak tidak islami ato islami sama dengan arabis, tak kiro tergantung manusianya, islam kata orang rahmat bagi semua, termasuk Jawa (kejawen) sepanjang tidak bertentangan dengan rule of game-Nya, btw suwun..

#hanee: ah opo to..

#ndah: bukan "kejawen ah tapi wong Jawa.. he..he..

#regsa: kira2 begitu kakang..
>anak lurah deket mushala lagi umur rong tahun.. suwiii..

Sinopi said...

wedew.. sayur baru muncul langsung srius gini.. jangan2 lo abis TAPA ya..? kmana aja yur..?!

awi said...

puasa punya arti lebih dalam, selain lapar dan haus, gambarnya bagus

Anonymous said...

Setuju sama semua koment nya hihihi **bingung mau koment apah** met berpuasa juga.... met lahir batin.. met lebaran yah **weh, duluan ya ngucapinnya, takut lupa :-D**

Rey said...

ooo dulu pernah tapa di gunung arjuno ya om? emang om apanya semar? =D

Btw disitu disebut2 rahayu. Jadi inget, dulu aku punya temen SD namanya Rahayu, panggilannya Yayuk, orgnya rada2 gemuk gitu om, rambutnya panjang dan selalu dikuncir, skrg apa kabarnya ya? =D

`.¨☆¨geLLy¨☆¨.´ said...

kak sayur akirnya ngeblog lg...cemangt ngeblog Doozo...


kak met puasa ya moga puasanya lancar amieNN...N jangn lupa uang rayanya masih aku nnt...cemangtt o_O

sayurs said...

#nopex: tapa gimane, sekedar merenung aja susah.. ha.. klayaban aja bu..

#awi: idealnya begitu sist.. thx

#anna: ha..ha.. maen setuju aja non satu ini.. Sama2 bu..

#rey: Semar tuh ya kira2 masih.. ehmm.. manggilnya apa ya aku..
Yayuk telah berputra tiga sekarang, bungsunya baru umur sebulan..

#gelly: thx, kid.. Semangadh !!
uang raya ? hah??? :P

Anonymous said...

embat !!!

astrid savitri said...

wah..
akhirnya 'turun gunung' :)

Anonymous said...

mendekatkan pada Sang Pencipta....