Aku memandang pohon belimbing yang tumbuh di samping rumah. Aku mengenang saat beberapa tahun lalu aku menanam pohon itu, saat itu dia masih amat munggil, kecil dan nampak lemah tak berarti. Aku kagum melihatnya sekarang. Aku juga memikirkan pada keponakan kecilku yang beberapa hari lalu kujumpai. Aku ingat saat terakhir aku melihatnya, dia hanya seorang anak kecil yang lucu dan menggemaskan. Beberapa hari lalu, yang kujumpai sudah menjadi gadis remaja yang centil dan manis. Kehidupan nampak bergerak di dalam segala sesuatu yang hidup. Dan waktu tidak menyisakan apa-apa bagi kita yang selalu terkungkung dalam masa lalu, kecuali kenangan.
Seberapa banyakkah kita telah berubah? Sadarkah bahwa kita telah berubah? Apakah arti kesedihan dan kegembiraan yang telah kita alami selama menjalani waktu-waktu keberadaan kita? Kita menangis. Kita tertawa. Kita berduka. Kita bahagia. Berapa banyakkah yang telah kita tinggalkan di masa lalu? Berapa banyakkah yang masih akan kita alami di masa depan? Sadarkah kita hari ini? Apakah memang hidup ini hanya sebuah penantian panjang menuju akhir? Apakah arti keberadaan kita saat ini? Untuk apa kita merasakan? Untuk apa kita berpikir? Apa gunanya semua kehidupan yang kita jalani selama ini? Untuk apakah kita ada di sini? Untuk apakah?
Kehidupan terkadang terasa sebagai suatu barang aneh yang kita jalani tanpa dipikirkan. Kita lahir. Kita bermain. Kita bercinta. Kita bergaul bersama teman dan sesama. Kita menikmati kebersamaan dalam keluarga kita. Baik atau buruk, kita ada dan menjalaninya, sering tanpa merasakan keberadaan kita sendiri. Kita lelap dalam rutinitas seharian. Tertawa. Menangis. Dan waktu bergulir terus tanpa kita sadari. Waktu bergulir terus. Kita mulai menua. Setiap tahun kita memperingati ulang tahun kelahiran kita. Mungkin dalam sunyi. Mungkin dalam derai tawa. Namun waktu keberadaan kita kian memendek. Dan kita sering gagal memahaminya. Atau tak peduli mengenai hal itu. Atau kita tak mau bersusah hati menghadapinya. Hidup telah berjalan dengan normal selama kita menjalaninya apa adanya. Kita, sang manusia, ada dan berada dengan segala kesusahan dan kesenangan kita, seringkali melupakan lewatnya sang waktu yang datang dan pergi dalam diam. Ah, sang waktu yang deras mengalir sesuai dengan perasaan kita....
Pohon belimbing yang dulu amat mungil dan lemah kini tumbuh menjadi sebuah pohon yang kuat dan tinggi. Keponakan kecilku yang dulu imut dan menggemaskan kita telah berubah menjadi seorang remaja yang lincah dan dewasa. Kita sadar bahwa saat ini tak lagi sama dengan saat kemarin. Tahu bahwa segala keputus-asaan dulu tak lagi punya makna saat ini. Untuk apakah kita bersedih hati? Jika pada akhirnya kita tahu kepastian apa yang akan dihadapi, perlukah segala rasa takut dan khawatir akan hari-hari kemudian? Sepi dan sunyi saat ini. Sepi dan sunyi. Tetapi manusia manakah yang tidak mengalami dan menyadari kesendiriannya dalam sepi dan sunyi itu? Manusia manakah? Kita, manusia. Kita, ada dan hidup. Kita merasa dan berpikir. Kita bersedih dan bergembira. Dalam waktu, kita hanya dapat lewat sejenak untuk istirahat selamanya...
Urip iki mung mampir ngombe.
Seberapa banyakkah kita telah berubah? Sadarkah bahwa kita telah berubah? Apakah arti kesedihan dan kegembiraan yang telah kita alami selama menjalani waktu-waktu keberadaan kita? Kita menangis. Kita tertawa. Kita berduka. Kita bahagia. Berapa banyakkah yang telah kita tinggalkan di masa lalu? Berapa banyakkah yang masih akan kita alami di masa depan? Sadarkah kita hari ini? Apakah memang hidup ini hanya sebuah penantian panjang menuju akhir? Apakah arti keberadaan kita saat ini? Untuk apa kita merasakan? Untuk apa kita berpikir? Apa gunanya semua kehidupan yang kita jalani selama ini? Untuk apakah kita ada di sini? Untuk apakah?
Kehidupan terkadang terasa sebagai suatu barang aneh yang kita jalani tanpa dipikirkan. Kita lahir. Kita bermain. Kita bercinta. Kita bergaul bersama teman dan sesama. Kita menikmati kebersamaan dalam keluarga kita. Baik atau buruk, kita ada dan menjalaninya, sering tanpa merasakan keberadaan kita sendiri. Kita lelap dalam rutinitas seharian. Tertawa. Menangis. Dan waktu bergulir terus tanpa kita sadari. Waktu bergulir terus. Kita mulai menua. Setiap tahun kita memperingati ulang tahun kelahiran kita. Mungkin dalam sunyi. Mungkin dalam derai tawa. Namun waktu keberadaan kita kian memendek. Dan kita sering gagal memahaminya. Atau tak peduli mengenai hal itu. Atau kita tak mau bersusah hati menghadapinya. Hidup telah berjalan dengan normal selama kita menjalaninya apa adanya. Kita, sang manusia, ada dan berada dengan segala kesusahan dan kesenangan kita, seringkali melupakan lewatnya sang waktu yang datang dan pergi dalam diam. Ah, sang waktu yang deras mengalir sesuai dengan perasaan kita....
Pohon belimbing yang dulu amat mungil dan lemah kini tumbuh menjadi sebuah pohon yang kuat dan tinggi. Keponakan kecilku yang dulu imut dan menggemaskan kita telah berubah menjadi seorang remaja yang lincah dan dewasa. Kita sadar bahwa saat ini tak lagi sama dengan saat kemarin. Tahu bahwa segala keputus-asaan dulu tak lagi punya makna saat ini. Untuk apakah kita bersedih hati? Jika pada akhirnya kita tahu kepastian apa yang akan dihadapi, perlukah segala rasa takut dan khawatir akan hari-hari kemudian? Sepi dan sunyi saat ini. Sepi dan sunyi. Tetapi manusia manakah yang tidak mengalami dan menyadari kesendiriannya dalam sepi dan sunyi itu? Manusia manakah? Kita, manusia. Kita, ada dan hidup. Kita merasa dan berpikir. Kita bersedih dan bergembira. Dalam waktu, kita hanya dapat lewat sejenak untuk istirahat selamanya...
Urip iki mung mampir ngombe.
8 comments:
begitulah kawan, perubahan datang seiring berjalannya waktu.. keep spirit, guys !
balik ndeso ora mampir nggonku, nda ?
ayo blusukan alas maneh he..he..
Namun manusia sering tidak sabar dan bersedih saat belum besar...
urip ibarate mampir ngombe
ayo ngombe barang kang apik
hidup ibaratnya cuma mampir minum, betapa singkatnya ya hidup ini...
Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodo tiro
Terus jare Cak Nun, "Kenek opo kok blimbing, duduk liyane?" :)
#sandi: thx bro..
#hendro: walah, mung rong ndino tur udan terus.. maapkeun..
#suke: gitu ya.. :D
#ciwir: ayo thok no.. wedang jahe, apik ? :P
#ica: begitulah, dibanding keabadian yang di sana ..
#fiz: wah lha kuwi.. :P
urip kuwi mung sedhelo.... ayo do mendhem le.... wkwkkwkwkk
Post a Comment