Keberadaan kapal bukan untuk bersandar dengan aman di pelabuhan, tetapi untuk mengarungi laut lepas yang penuh tantangan dan bahaya.
Ya, untuk itulah kapal dibuat. Dengan menantang bahaya di laut akan terlihat kapasitas dan kemampuan kapal tersebut sehingga terbukalah potensi untuk menjelajahi dunia yang luas. Begitu juga dengan manusia. Kadang kita sendiri tidak sadar potensi apa yang tersembunyi dalam diri kita. Banyak kelebihan dan kekurangan yang kita miliki baru muncul dan terlihat kala dihadapkan pada sebuah tantangan atau bahaya yang harus diatasi. Sampai dimana batas kemampuan yang kita miliki, mungkin memerlukan metode juga bentuk pencarian pengalaman tersendiri untuk mengenalinya.
Sebuah memori saat mengikuti tahapan pendidikan dasar sebuah klub penggiat alam bebas, yang dialami berupa perubahan terus menerus dari waktu ke waktu di luar kebiasaan sehari-hari. Mulai dari harus bangun dini hari untuk menyiapkan segala kebutuhan sendiri untuk belasan hari. Lalu meninggalkan keramaian menuju tempat latihan yang terisolir. Materi ruang di sekitar sekretariat yang diikuti keharusan menginap dengan tidur di lantai ubin yang tentu tidak senyaman tidur di ranjang berkasur di rumah.
Ketika mulai terbiasa, tiba-tiba tempat tidur kami dipindah ke hutan dengan ber- bivouac, kelas dipindahkan ke belantara di bawah langit dan rimbunnya pepohonan. Selain itu, karena tak ada dapur umum, kalau tak ingin kelaparan ya harus bisa masak sendiri. Setelah mulai bisa menikmati masakan sendiri yang darurat dan seadanya, berikutnya kami malah dibiarkan merasakan "kemapanan " selama dua hari di lebatnya hutan lereng selatan gunung Lawu, hanya saja hampir semua atribut artifisial termasuk makanan, bahan bakar dan perlengkapan tidur harus dilepaskan ! Survival !! Alat bantu yang masih bisa dan harus diandalkan hanya kemauan untuk bertahan dan akal.
Saat mulai terbiasa dengan kehangatan tidur dalam bivouac alam, selanjutnya kami harus tidur di atas pohon ! Jelas ini mendobrak kebiasaan dari lahir, yaitu dari tidur memakai alas pada posisi horisontal menjadi tanpa alas dan kadang harus dengan posisi vertikal. Masak pun harus bisa memanfaatkan hanya bahan bakar yang tersedia di alam.
Setelah sekitar semingguan lebih kami di belantara Lawu, mulai bisa kenal, akrab bahkan bisa menikmati suasananya, tiba-tiba kami harus meninggalkan lagi "kenyamanan" ini menuju tempat yang sangat bertolak belakang suasananya. Dari tempat hijau dan berhawa dingin, ke tempat gersang dan panas di gunung kapur Karang Lo. Air minum yang kemarin seakan-akan tak bernilai karena melimpah, menjadi sangat berharga karena sulit didapatkan.
Dari Karang Lo, berikutnya kami hampir setiap saat mengalami perubahan bentuk medan latihan. Dari ladang gersang, sungai, jalan raya, perkampungan kecil, rel kereta api, perbukitan hingga kami menemui peradaban normal lagi.
Sehabis dilantik, kami tidak langsung dapat memahami makna apa yang didapat dari pendidikan dasar ini. Pastinya, kami digiring mendobrak kemapanan kepada perubahan demi perubahan hingga nyaris mencapai batas kemampuan diri. Namun setidaknya gambaran potensi diri yang ada mulai terbuka, meski tetap memerlukan perenungan yang panjang untuk lebih memahaminya. Pada gilirannya hasil pemahaman ini seharusnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata di dunia yang selalu berubah dari masa ke masa.
Begitulah salah satu bentuk alternatif pendidikan dengan media alam bebas. Akhir-akhir ini orang mulai menyadari manfaatnya dengan banyaknya kegiatan Out Bound. Dan alam bebas sebagai media tentunya harus terjaga kelestariannya. Sudah adakah kesadaran tentang itu ?
25 comments:
akhirnya jadi pertamax..huahahaha...
wah mase iki pecinta alam to..mulakno..kok yo gagah banget..
bivaknya kok koyok rong gitu... emang bisa nafas tidur didalamnya :)
tidur di pohon???
gilaaa brooo,, saluuuttt abis!
dobrak deh kemapanan, dapatkan maknanya!!
sekali lagi saluttt!!
di lantik??
selamat ya sayuRRRrr....
yupi cayOOOooOOOoo
salut bngt..
Selamet ya dilantik dadi apa?
Waktu tidur dipohon, pake gaya kethek apa gaya kampret?
Turu neng ngisore wet jan uenak, tapi nek pas awan, nek bengi ojo iso sesek nafas, soale jerene nek bengi wet-wetan ngetokno Karbondioksida..... ati2 mas...
#kadek suartama: jadi pertamax ? tadinya bensin campur ya..
#isnu : he..he.. ventilasi dan sirkulasinya udah diperhitungkan kok ha..
#ichal : yupz, di atas rawa2..
#gelly : itu udah sekian tahun yang lalu nduk, jaman semono he..he..
#kang dwi: ya dadi anggota o.. sebutannya sih tidur kalong
#topan : bengi yo seger kok bro ha..ha..
jadi inget jaman pramuka dulu... hampir mirp2 gitu deh ...
Dekat dengan alam membuat kita lebih bisa memaknai kehidupan dengan segala lingkaran yang mengelilinginya, katanya begitu ya?
"...selanjutnya kami harus tidur di atas pohon !..", lha ngopo kowe kaget kang?? biasane rak yo ngono to??? hahaha...
Aku seneng kalimat di paragraf pertamamu...aku pengen dadi koyo kapal kuwi, ning dudu kapal keruk sing jelas....
Tidur di atas pohon? Kok malah koyo munyuk :)
lagi persami ya?
ini ttg pelantikan pramuka ya?
ga nyangka sayur dulunya pernah pramuka... gw siy males deh!
holooooh cerita ginian biar dipanggil kak sayur tha?
*pantesan sekarang hobi nongkrong di rel... apa sangkut paut nya*
di atas pohon bisa nyenyak? kalau bisa, nah...berarti... *agak-agak curiga*
mendobrak kemapanan. seru sekali makna itu. mudah-mudahan kita nggak terlanjur terlena dengan kemapanan sehingga lupa dengan misi itu.
memang menyenangkan kok mblusak-mblusuk alas, aku en bojoku juga senang ngothel pit ngiteri alas di desa kami :D
waaa.....udah bisa tidur dialam terbuka...bagus deh.
Biar gaya nyomet ato kampret gpp.
trus klo harus survive di hutan kan gampang..tinggal ngumpulin daun2 an...klo ga nemu daun2 an..yah terpaksa daun tlinga yg di mut
laah,kalo situ tidur dipohon, saya kok ndak heran, wong nenek moyang emang dari sana...
kakaka
tapi salut yurr, apek2
Kursus dadi tarsan to mas. Tapi lebih baik belajar bersahabat dan beradaptasi dengan alam kok daripada menjadi musuh alam. Segala macam pohon ditebangi untuk kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya dikemudian hari.
yur..tulisanmu yang ini tak link, sekedar pemberitahuan lho, jangan dianggap sebagai minta ijin..kekeke
suwun
wah materi diklat alame komplit, aku wis tau turu nang bivak, tapi soko manthol..he.he.dadi kangen munggah gunung..dont stop exploring..
tantangan terbesar yang dihadapi saat di alam bebas bukanlah tantangan untuk menaklukannya, tapi menyatu dengannya.
"barang siapa yang puluhan kali naik gunung tapi masih berambisi 'menaklukkan' gunung yang lain, pastilah itu pendaki gunung yang buruk". kalau saya tak salah, itu kata-kata tokoh "aku" dalam novel gao xingjian yang sedang mengembara di tepi sungai yang tse.
wow! wow! wooow! kembali ke zaman paeleolitikum kah? atau zaman batu? :D:D
hmm, setuju! untuk bisa menghargai keadaan dan tidak cepat menyerah juga mengeluh..
bravo!
outbond emang menyenangkan..
hallo ... masih di hutankah ? ^_^
#icha : pramuka ? ayo.. tiga hari tepuk pramuka.. :P
#bunda Ani : kira2 begitu bunda..
#panJoel : kaget bahagia le, dazars
yo mugo2 iso, keep exploring
#dony : lha rumangsamu ki ?
#nopex : persami mu kuwi, lha berminggu2 je..
#artja : kecurigaan anda terbukti.. :P
semoga bro
#elys : weh, sip tuh.. sekali2 nginep
#wieda : yup, alam bener2 bisa me refresh, huff..
#regsa : sokur yen kowe paham le, nenek moyangku kan e, yo ra
#kang Mufti : ora kursus kang, ono penerimaan Tarzan anyar ha..ha..
#deni : kapan munggah gunung piye bro, gayeng ketoke..
#kang Zen : yups, menaklukkan alam ? kita punya kuasa apa emangnya. Gunung Jiwa emang jozz
#mew : jaman flinstone he..he..
#senja : setuzhu..
#elys lagi : ha..ha.. pengennya..
itu mahluk nomaden atau dipaksa nomaden yah
:))
Post a Comment