Surti bersama tetangganya, Tukinem mengunjungi pak Karto yang sedang sakit. Ada kelainan yang cukup serius pada jantungnya.
Kata Surti (maksudnya membesarkan hati),
“Tidak usah kuatir, pak, suami saya juga dulu penyakitnya sama kok dengan bapak.”
“O, ya, suamimu juga punya penyakit jantung kayak saya?” tanya pak Karto.
“Iya. Lha wong tanda-tandanya, juga sama kok.,” kata Surti lagi
“Sekarang suamimu sudah sembuh?”
“Sudah meninggal.”
Begitulah, jujur memang baik. Tapi jujur tanpa diimbangi kebijaksanaan jadinya malah bodoh.
Ibarat ketulusan tanpa kecerdikan.
Thursday, August 23, 2007
Jujurnya..
digoreskan oleh sayurs pada 2:23 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
7 comments:
Aq cuma kasihan ma kejujurannya,ga termanfaatkan dengan baik, padahal orang jujur mulai langka di Indonesia.
Jujur malah ajur, ngapusi malah bejo. Lha piye to iki?
ck-ck-ck... ini bener2 suatu kejujuran tanpa di imbangi kebijaksanaan
*lugu ato dungu ya... ato kaga keduanya...*
Kejujuran yang merupakan kepahitan ya seperti itu.
Kadang berbohong akan lebih bermanfaat bagi orang lain ddaripada jujur tapi tanpa arah.
Mungkiiiin.
hehehe ... aku justru geli ngebayangin gimana reaksi pak Karto!
jujur kacang ijo didepan pasar sebelah kontrakanku harganya cuma 1000 per porsi..dijamin enak..
waaaakkks... langsung serangan jantung tuh bapak..
surti ngacoooo
Post a Comment