Dulu petinju Indonesia, seperti juga petinju Amerika (atau yang berkancah di Amerika), biasanya punya sebutan. Hanya bedanya, sebutan petinju kita datang dari dirinya sendiri. Misalnya, Yani Hagler, dia pengagum Marvin Hagler, soal kehebatannya, tentu saja tidak sehebat Hagler yang sebenarnya, dia kalah KO ronde tiga lawan Doddy Penalosa, petinju Filipina berkaki pincang. Terus, Litle Holmes, itu bukan nama sebenarnya. Nama aslinya mungkin Paijo atau Wanto, dia pengagum Larry Holmes, juara dunia kelas berat yang terkenal dengan pukulan jabnya. Soal kehebatan, lagi-lagi jangan dibandingkanlah.
Sedang petinju Amerika (atau yang berkiprah di Amerika), gelar dan sebutan itu diberikan oleh para wartawan dan masyarakat penggemar tinju, jadi betul-betul karena kemampuan yang dimiliki si petinju. Misalnya Mike "the iron" Tyson, Oscar "the golden boy" de la Hoya, Marvin "marvelous" Hagler, Haseem "the rock" Rahman dan banyak lagi.
Kita, tak perlulah menyebut-nyebut diri kita ini siapa dan bagaimana, biarlah orang lain yang menilai. Paling tidak, kita tidak akan terlalu malu kalau ternyata sebutan kita tidak sesuai dengan kenyataan.