... urip opo anane kadyo ilining banyu, ora kedhuwuren gegayuhan, ora kejeron pasrahe ...

Sunday, April 13, 2008

Sewindu Pasoepati

Kelompok suporter sepakbola Solo, PASOEPATI, kemarin (12/04) menggelar jambore dalam memperingati ulang tahunnya yang ke 8. Acara ini dipusatkan di Alun-alun Utara Kraton Surakarta. Dengan dukungan penuh dari Djie Sam Soe Filter, mereka menggelar berbagai acara yang cukup menghibur.

Diawali dengan pawai dari balaikota Solo menuju Alun-alun, acar dilanjutkan dengan beberapa penampilan band-band lokal, termasuk band Pasoepati sendiri, juga games-games khas komunitas bola. Di area fan zone ada stan tendangan bebas, memasukkan bola ke sebuah lubang di dinding dengan tendangan layaknya tendangan penalti. Ada juga lomba yel antar korwil-korwil Pasoepati. Tak lupa permainan-permainan rakyat yang sudah lazim, bakiak race dan panjat pinang.

Acara dibuka oleh presiden Pasoepati, KPH Satrio Hadinagoro, dengan pemotongan pita dan pelepasan balon jambore. Dihadiri segenap komponen Pasoepati, mulai dari korwil-korwil seputar Solo sampai korwil Jabotabek, juga terlihat perwakilan kelompok suporter lain seperti The Jak (Persija), Panser Biru dan Snex (PSIS) dan beberapa orang berkaos Aremania (Arema). Pada kesempatan itu juga diserahkan penghargaan kepada koordinator-koordinator wilayah yang ada, juga kepada beberapa tokoh suporter atas loyalitas dan kontribusinya pada perkembangan sepakbola terutama komunitas suporter Solo.

Rangkaian acara ditutup dengan penampilan grup musik asal Jogja, Shaggydog, yang tidak hanya membawakan lagu-lagu mereka sendiri tapi juga mengusung beberapa lagu bernuansa sepakbola. Meski sempat diguyur hujan, namun acara tetap berlangsung meriah dan para suporter yang hadir tetap semangat mengikuti rangkaian kegiatan yang ada dan tetap dengan semangat menyanyikan lagu-lagu dukungan untuk Persis Solo.

SELAMAT ULANG TAHUN PASOEPATI, maju terus suporter Indonesia meski PSSI leda-lede mengurusi bola nasional. No anarki no tawuran just good support for our team.

Friday, April 11, 2008

Pesaing Tuhan

Terlanjur bikin setting negara ber-Tuhan, tapi wacana tentang Tuhan dan ajarannya hanya dispekulasikan. Tuhan bahkan dikarang atau diciptakan sendiri. Tuhan harus ngikut macam-macam pendapat manusia tentang diri-Nya. Tuhan sendiri tidak pernah ditanyai. Seakan-akan manusia menemukan Tuhan melalui investigasi ilmiah atau riset akademis. Seakan-akan manusia sanggup mengenali Tuhan, malaikat, neraka, sorga, setan, jin, konsep dosa dan pahala, dan sebagainya, melalui upaya prestatif manusia sendiri.

Pada akhirnya, benturan yang dialami manusia adalah mengenai “kebahagiaan yang sejati”. Persyaratan untuk bahagia tidak secara mendasar dipenuhi. Tidak ada tuntunan sejarah yang mendorong manusia untuk menemukan dirinya dalam koordinat kenyataan hidup di mana dia terletak. Manusia juga tidak memiliki peluang memahami dan mengadaptasikan dirinya pada “syariat sosial” (istilah Cak Nun) untuk menemukan pola manajemen dirinya yang baik. Istilah “syariat sosial” dipakai untuk memudahkan asosiasi pembedaan antara tata nilai horisontal dengan tata nilai vertikal, serta komprehensi atas keduanya.

Untuk mencapai kebahagiaan, umumnya orang mengandalkan tiga-ta: harta, tahta, wanita. Masalahnya adalah ada perbedaan serius antara tolok ukur horisontal mengenai tiga hal itu dengan tolok ukur vertikal. Apa yang dalam syariat horisontal disebut menguntungkan, menurut tolok ukur vertikal merugikan.

Melakukan shalat itu tidak produktif, wasting time dan ngoyoworo, menurut mata horisontal, kecuali kalau shalat merupakan syarat untuk memenangkan tender. Mendapatkan uang banyak dan memasukkannya ke kantong, menurut tolok ukur horisontal ada keuntungan, kegembiraan. Tetapi mengeluarkan uang tanpa disertai janji laba horisontal apa-apa, menurut syariat vertikal, adalah sebuah kelegaan, keberuntungan.

Itu sekedar contoh sederhana. Manusia tampaknya cenderung mempersaingkan dirinya dengan Tuhan dalam konsep, wacana dan manifestasi tentang kebahagiaan. Dan Tuhan tampaknya cool-cool saja membiarkan diri-Nya disaingi.

Manusia menempuh, mengejar, merampas segala sesuatu yang ia anggap sebagai “onderdil” kebahagiaan, padahal Tuhan berkata sebaliknya. Kelak manusia terjebak dan frustasi sendiri di masa tuanya, kemudian membungkuk-bungkuk minta ampun, dan Tuhan menyediakan luasnya ampunan. Kurang opo Pengeranmu ?